Oleh: Adi Suryo Nugroho
Jember merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini memiliki banyak sekali budaya salah satunya adalah diadakannya Jember Fashion Carnaval yang menampilkan berbagai budaya, sehingga Jember dijuluki sebagai Kota Karnaval. Namun, tahukah bahwasanya Jember sebelumnya dijuluki sebagai Kota Tembakau? Kota yang menjadi penghasil tembakau dengan kualitas terbaik. Kebanyakan mungkin beranggapan bahwasanya tembakau itu adalah tanaman yang memiliki banyak sisi negatif karena sebagai bahan dasar dalam pembuatan rokok. Dari sini munculah sebuah persepsi bahwasanya tembakau itu hanya memiliki sisi negatif saja. Bahkan mungkin ada yang membuat kampanye dalam bungkus rokok bahwasanya “rokok itu dapat membunuhmu”. Persepsi-persepsi inilah yang membuat citra tembakau hanya dipandang sebelah mata. Mungkin karena persepsi negatif inilah yang membuat Jember tidak lagi dijuluki sebagai Kota Tembakau.
Padahal tembakau memiliki manfaat sebagai contoh meredakan alergi, membersihkan saluran hidung, dan bisa juga digunakan sebagai pengusir serangga. Jadi pada dasarnya tanaman tembakau ini juga memiliki manfaat lain yang bisa dimanfaatkan selain bahan dasar pembuatan rokok.
Pemberian julukan pada suatu daerah menandakan bahwasanya daerah itu memiliki ciri khas tersendiri, sebagai contoh Kota Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan. Sama halnya dengan Kabupaten Jember yang memiliki julukan Kota Tembakau. Namun, tidak hanya sebagai Kota Tembakau saja, melainkan ada julukan lain yang melabeli Kabupaten Jember, seperti Kota Santri dan juga Kota Karnaval. Alasan pemberian julukan Kabupaten Jember sebagai kota tembakau karena memiliki penghasilan tembakau dengan kualitas terbaik dan memiliki ciri khas sendiri sehingga tembakau yang berasal dari Jember cukup terkenal di pasar internasional. Jember juga termasuk ke dalam lima daerah penghasil tembakau terbaik di Indonesia. Adapun kota selain Jember yang menjadi tempat produksi tembakau terbaik di Indonesia, seperti Temanggung, Deli, Madura, dan Lombok. Keempat daerah ini tentu juga memiliki produksi tembakau terbaik.
Selain itu, Julukan Jember sebagai Kota Tembakau, tentu tidak lepas dengan sejarah perkembangan tembakau di Kabupaten Jember. Pada 21 Oktober 1859 George Birnie merupakan salah satu pendiri usaha tembakau dengan Mathiesen dan Van Genner, mereka mendirikan NV Landbouw Maatschappij Oud Djember atau dikenal dengan LMOD. Tembakau menjadi salah satu tumbuhan yang paling diminati di pasar dunia. Sehingga harga jual begitu tinggi. Selain itu tembakau di Jember memang tidak kalah dengan tembakau-tembakau yang berada di luar negeri salah satunya adalah Kuba yang juga menghasilkan tembakau.
Pada tahun 1879 hingga 1882 tembakau di Jember mengalami penurunan drastis sehingga mengalami kerugian yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh kualitas daun yang menurun. Tembakau di Jember baru mengalami peningkatan kualitas sekitar tahun 1883, lalu LMOD ini melebarkan sayapnya di beberapa daerah di Jember seperti Mumbul, Kaliwining, Sukorejo, Muktisari, dan Ajung. Dari sejarah Jember dengan produksi tembakau yang didirikan LMOD hingga saat ini Jember masih menjadi tempat produksi tembakau terbaik. Jember juga memiliki warisan budaya yang cukup terkenal yakni Kretek. Selain julukan sebagai Kota Tembakau, Jember memiliki julukan lain seperti Kota Santri dan juga Kota Karnaval. Karena memiliki banyak julukan inilah yang menyebabkan Jember kehilangan identitas aslinya. Apakah sebagai Kota Tembakau, Kota Santri, atau Kota Karnaval? Memang sebagian orang akan mengatakan Jember adalah Kota Santri karena memang di Jember sendiri cukup banyak santri dan ulama, dengan julukan inilah yang membuat Jember sebagai Kota Santri masih melekat di sebagian telinga masyarakat. Berbeda dengan julukan Kota Tembakau dan Kota Karnaval.
Alasan mengapa Jember dikatakan sebagai kota Karnaval karena bertepatan pada tahun 2017 Jember ditetapkan sebagai Kota Karnaval oleh Arief Yahya, Menteri Pariwisata. Setiap tahunnya Jember selalu mengadakan sebuah acara yang dikenal sebagai Jember Fashion Carnaval (JFC). Dengan adanya acara ini Jember pun mulai berganti julukan sebagai Kota Karnaval. Banyaknya julukan yang melekat pada Jember membuat Kabupaten ini memiliki julukan ganda yang mana julukan ini mengarah pada sebagian ciri khas yang ada. Namun, apakah dengan adanya julukan ganda ini salah? Tentu saja tidak salah. Silahkan menilai Jember layak disebut sebagai Kota Tembakau, Kota Santri, atau Kota Karnaval? Dari pertanyaan ini tentu setiap masyarakat memiliki jawaban dan argumen masing masing. Tembakau di Jember ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1859 dan sejak tahun itu tembakau dari Jember sudah diminati oleh pangsa internasional. Meski sempat mengalami gejolak penurunan kualitas daun, tetapi pada akhirnya juga bangkit. Sampai saat ini, Jember masih menjadi lokasi produksi tembakau terbaik di Indonesia yang bahkan juga menghasilkan warisan budaya yakni kretek. Bahkan Jember juga memiliki Museum Tembakau yang bisa dikunjungi oleh masyarakat umum.