Bedah Film “HANA” Sa Harus Bagaimana?

Hana adalah sebuah film dokumenter yang disutradarai sekaligus diproduseri oleh Emooz Kofit. Film Hana tayang untuk pertama kalinya pada 17 Oktober 2021, diproduksi oleh Rumah Kreatif Kaimana membuatnya terpilih menjadi film terbaik dalam kategori film ter-favorit di ajang Festival film Papua IV 2021 yang diberikan oleh Papua Voice.

Terinspirasi berdasarkan kisahnya nyata, film ini menceritakan tokoh Hana Kristina Agasar seorang gadis remaja yang ada di Papua. Ia tinggal di kampung Rafa Kabupaten Kaimana Papua Barat. Film ini menggambarkan perjuangan Hana dalam mendapatkan kehidupan yang layak di atas tanahnya sendiri. Hana sebagai tokoh utama dalam film ini, berperan menjadi anak pertama dari sebuah keluarga kurang mampu. Belenggu kemiskinan tersebut tidak mampu membuat Hana melanjutkan pendidikannya untuk jenjang yang lebih tinggi. Hal ini membuat Hana lebih memilih untuk membantu kedua orang tuanya saja bekerja di Papua. Lulus dengan nilai yang tinggi membuat Hana berharap untuk dapat engan mudah mendapatkan pekerjaan apapun, namun hal itu ternyata tidak mudah.

Keterbatasan akses yang disebabkan oleh tingginya standarisasi lowongan kerja membuatnya sulit dalam mendapatkan pekerjaan. Kesulitan tersebut benar-benar membuat Hana teralienasi dari tanah kelahirannya sendiri. Tanah kelahiran yang seharusnya menjadi penghidupan bagi dirinya justru malah berpihak kepada masyarakat pendatang. Selain karena faktor ekonomi, hal yang membuat Hana merasa takut untuk melanjutkan pendidikan di luar pulau karena diskriminasi “orang berkulit hitam”. Faktor ini membuat Hana enggan untuk meninggalkan tanah Papua dengan keterbatasan dan kesulitan ekonomi yang harus dihadapi.

Diskriminasi Sosial menjadi sebuah permasalahan dalam Film Dokumenter ini. Banyaknya permasalahan dalam film tersebut menjadi suatu hal kompleks yang harus diselesaikan oleh Hana selaku tokoh utama. Berawal dari kesulitan Hana dalam melamar pekerjaan karena tingginya standarisasi kriteria dalam lingkup dunia pekerjaan. Realita tersebut juga berpengaruh pada perubahan persepsi Hana yang menganggap bahwasannya tinggi nilai semasa sekolah tidak menjamin ia dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan, tetapi tampilan cantik dan menarik atau beauty privilege menjadi faktor penentu terbesar dalam memperoleh pekerjaan.

Film ini memiliki tujuan untuk merepresentasikan realita kehidupan di tanah Papua. Banyaknya permasalahan yang terjadi mulai dari kesenjangan sosial, diskriminasi, keterbatasan akses ekonomi dan pendidikan menjadi hal yang ingin disuarakan melalui film tersebut. Penampilan menjadi hal yang diutamakan dalam segala aspek.

Kontributor: Intan Permatasari